Paradoks Aktivitas Fisik: Apakah Inflamasi Menjadi Faktor Kunci?

Artikel ini membahas tentang hubungan antara aktivitas fisik, inflamasi, dan kognitif pada orang tua sehat.

https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid=W1IYNXpj&id=FEC7CCB3643DB63FBAE462C43FC1863100C4E610&thid=OIP.W1IYNXpj2WueHAkzYy4pOwHaE8&mediaurl=https%3A%2F%2Fjex.com.vn%2Ffiles%2Fimage%2F3614-dauu-khop-khi-troi-tro-nong.jpg&exph=400&expw=600&q=lansia+bersepada+kuno+olahraga+&simid=608047346816346622&form=IRPRST&ck=7D7DFF18C2E9352501C05E45DD8E377B&selectedindex=3&ajaxhist=0&ajaxserp=0&vt=1&sim=11&pivotparams=insightsToken%3Dccid_svpODN0w*cp_D1632E498CF10CCFB06F0AC2FC8170B6*mid_B7E76D47455314C9618058C7AF6FA540DDC55D05*simid_608027993689314444*thid_OIP.svpODN0wCqcrJFOyeaHSEQHaFj&iss=VSI

Aktivitas fisik adalah salah satu faktor gaya hidup yang penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang teratur dapat mencegah atau mengurangi risiko berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, depresi, dan demensia. Namun, aktivitas fisik juga memiliki efek samping yang kurang diinginkan, yaitu inflamasi.

Inflamasi adalah reaksi alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Inflamasi dapat membantu proses penyembuhan dan melindungi tubuh dari ancaman lebih lanjut. Namun, inflamasi juga dapat menjadi berlebihan atau berkepanjangan, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ. Inflamasi kronis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis, seperti aterosklerosis, diabetes, kanker, dan penyakit Alzheimer.

Aktivitas fisik dapat memicu inflamasi akut, yaitu inflamasi yang terjadi selama atau segera setelah latihan. Inflamasi akut biasanya bersifat sementara dan bermanfaat bagi tubuh. Inflamasi akut dapat meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan metabolisme energi, merangsang pertumbuhan dan perbaikan otot, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Namun, aktivitas fisik juga dapat menyebabkan inflamasi kronis, yaitu inflamasi yang berlangsung lama dan merugikan tubuh. Inflamasi kronis dapat terjadi karena latihan yang terlalu intens atau terlalu sering, tanpa cukup istirahat dan pemulihan. Inflamasi kronis dapat mengganggu fungsi otot, menurunkan kinerja fisik, meningkatkan risiko cedera, dan mengurangi motivasi untuk berolahraga.

Paradoks aktivitas fisik adalah fenomena di mana aktivitas fisik dapat memiliki efek positif atau negatif tergantung pada jenis, intensitas, durasi, frekuensi, dan pemulihan latihan. Paradoks ini menimbulkan pertanyaan: apakah ada cara untuk memaksimalkan manfaat aktivitas fisik dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap inflamasi?

Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan mempelajari hubungan antara aktivitas fisik dan inflamasi pada populasi tertentu yang memiliki karakteristik unik. Salah satu populasi tersebut adalah orang tua sehat. Orang tua sehat adalah orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tidak memiliki penyakit kronis atau gangguan kognitif yang signifikan. Orang tua sehat merupakan contoh dari penuaan yang berhasil, yaitu penuaan yang ditandai dengan kesehatan fisik dan mental yang baik, serta partisipasi sosial yang aktif.

Orang tua sehat memiliki beberapa keunggulan dalam mempelajari paradoks aktivitas fisik. Pertama, mereka memiliki tingkat inflamasi yang lebih rendah daripada orang tua yang tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki mekanisme adaptif yang dapat mengatur respons inflamasi mereka terhadap stresor internal dan eksternal. Kedua, mereka memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi daripada orang tua yang tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki motivasi dan kemampuan untuk melakukan latihan secara teratur dan bervariasi. Ketiga, mereka memiliki tingkat kognitif yang lebih baik daripada orang tua yang tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki fungsi otak yang optimal, yang dapat mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan mereka terkait dengan aktivitas fisik.

Peneliti dari Denmark telah menggunakan populasi orang tua sehat untuk menguji hipotesis bahwa aktivitas fisik yang moderat dan bervariasi dapat mengurangi inflamasi dan meningkatkan kognitif, sedangkan aktivitas fisik yang ekstrem dan monoton dapat meningkatkan inflamasi dan menurunkan kognitif. Mereka mengukur aktivitas fisik, inflamasi, dan kognitif pada 100 orang tua sehat yang berpartisipasi dalam studi longitudinal yang disebut Longitudinal Study of Aging Danish Twins (LSADT). Mereka menggunakan alat yang disebut accelerometer untuk mengukur aktivitas fisik selama tujuh hari berturut-turut. Accelerometer adalah alat kecil yang dapat dipasang di pinggang atau pergelangan tangan yang dapat mengukur gerakan tubuh. Mereka menggunakan tes darah untuk mengukur inflamasi dengan mengukur kadar protein yang disebut sitokin. Sitokin adalah molekul yang dilepaskan oleh sel-sel kekebalan yang dapat memicu atau menghambat respons inflamasi. Mereka menggunakan tes kertas dan pensil untuk mengukur kognitif dengan mengukur kemampuan memori, perhatian, dan eksekutif. Memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan mengambil informasi. Perhatian adalah kemampuan untuk fokus pada informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Eksekutif adalah kemampuan untuk merencanakan, mengorganisir, dan mengontrol perilaku.

Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ada hubungan yang kompleks antara aktivitas fisik, inflamasi, dan kognitif pada orang tua sehat. Mereka menemukan bahwa aktivitas fisik yang moderat dan bervariasi, yaitu aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas sedang hingga tinggi dan melibatkan berbagai jenis latihan, seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau senam, dapat mengurangi inflamasi dan meningkatkan kognitif. Sebaliknya, aktivitas fisik yang ekstrem dan monoton, yaitu aktivitas fisik yang dilakukan dengan intensitas sangat tinggi atau sangat rendah dan melibatkan jenis latihan yang sama, seperti lari maraton atau duduk di sofa, dapat meningkatkan inflamasi dan menurunkan kognitif.

Penelitian ini memberikan bukti baru tentang paradoks aktivitas fisik dan implikasinya bagi kesehatan orang tua sehat. Penelitian ini menyarankan bahwa tidak semua aktivitas fisik sama-sama bermanfaat atau merugikan bagi tubuh dan otak. Penelitian ini juga menyarankan bahwa untuk memaksimalkan manfaat aktivitas fisik dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap inflamasi, orang tua sehat harus melakukan aktivitas fisik yang moderat dan bervariasi, serta menghindari aktivitas fisik yang ekstrem dan monoton. Dengan demikian, orang tua sehat dapat menjaga keseimbangan antara stres dan pemulihan, serta antara tantangan dan kesenangan, dalam aktivitas fisik mereka.


Daftar pustaka:

: Warburton DE, Nicol CW, Bredin SS. Health benefits of physical activity: the evidence. CMAJ. 2006;174(6):801-809.
: Ridker PM. Inflammatory biomarkers and risks of myocardial infarction, stroke, diabetes, and total mortality: implications for longevity. Nutr Rev. 2007;65(12 Pt 2):S253-259.
: Gleeson M, Bishop NC, Stensel DJ, Lindley MR, Mastana SS, Nimmo MA. The anti-inflammatory effects of exercise: mechanisms and implications for the prevention and treatment of disease. Nat Rev Immunol. 2011;11(9):607-615.
: Nieman DC. Is infection risk linked to exercise workload? Med Sci Sports Exerc. 2000;32(7 Suppl):S406-411.
: Walsh NP. Recommendations to maintain immune health in athletes. Eur J Sport Sci. 2018;18(6):820-831.
: Rowe JW, Kahn RL. Successful aging 2.0: conceptual expansions for the 21st century. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci. 2015
: Feinberg JB, Møller A, Siersma V, Bruunsgaard H, Mortensen OS. Physical activity paradox: could inflammation be a key factor? [submitted manuscript]. 2023.

Write a comment